Puisi Pendek Tentang Kehidupan dan Cinta
Puisi merupakan sebuah syair yang bisa di katakan sulit untuk dipahami setiap bait kata-katanya karena berisi majas, kata kiasan, dan lain sebagainya, namun tidak bagi sebagian orang yang paham atau sering membaca dan memahami setiap maknanya, ketika membaca puisi si pembaca scara otomatis harus ber fikir imajinatif untuk memahami isinya.
Pada tahun 1980'an syair puisi sangat di gandrungi para pujangga untuk suatu ungkapan perasaan bahkan sebagai bentuk singgungan untuk para pejabat elite, puisi merupakan sebuah budaya yang harus kita lestarikan, namun kini para pemuda telah banyak yang melupakan budaya ini bahkan sedikit para penyair di zaman modern seperti ini.
Dan berikut Puisi Pendek Tentang Kehidupan dan Cinta :
Sebagai Pengharap
cipt: Putra
Matahari yang lelah membuat mata ini buta
Buta hingga meraba-raba
Lelahnya mempengaruhi diri
Gelapnya mempengaruhi hati
Diwaktu pagi kusambut dunia dengan 10 jasmani
Diwaktu sore kusambut dengan 1000 Rohani
Tak seimbang sejarak bagaikan langit dan bumi
Bagaimana tidak.! Dalam baringku, qolbu merendah, menanti, mendoa untuk yang dinanti
Bersembunyi di depan mata
Cipt:Putra
Cipt:Putra
Mereka bilang aku adalah si gembira.
Juga katamu aku adalah si sejuta periang..
Dengarku, aku juga si pelucu..
Lalu aku berkata, iya benar.. tetapi aku si pembawa topeng..
Lirikan dolar gadis Bali
cipt: Putra
Heran seribu heran
kotaku di penuhi para penari
Penari bagaikan dikota bali
Senyumpun menjadikan identitas diri
waah,, mewakili kata ingin menghampiri
Tapi tidak..
Genap detik ku hitung,.
Penari selalu menghampiri kepala berkarung uang.
Sajak Putih
Karya: Cairil Anwar
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku tertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meria muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruhku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita mati datang tidak membelah..
Buta miratku, ratuku! kubentuk dunia sendiri
Dan kuberi jiwa segala yang di kira orang mati di alam ini
Kecuplah aku terus, kecuplah
Dan semburkanlah tenaga dan hidup tubuhku..
Menjadi lumba-lumba
Cipt: M Aan Mansyur
Aku pernah punya mimpi
Kau menulis angka-angka penanda di pundaku, semacam tato permanen
Aku juga menulis angka-angka serupa di perutmu, dan kau tertawa
Ujung pisau yang aku gunakan menulis membuat rahimu geli
Kita telanjang, bergandengan tangan, berjalan dalam
Dan tiba di tebing lalu aku terjun ke sungai tapi engkau tidak
Kelak, pada suatu hari sabtu, saat kau sibuk di kantor
Aku mencium pucuk hidung anak-anakmu didibir kolam renang
Karya: Cairil Anwar
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku tertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meria muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruhku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita mati datang tidak membelah..
Buta miratku, ratuku! kubentuk dunia sendiri
Dan kuberi jiwa segala yang di kira orang mati di alam ini
Kecuplah aku terus, kecuplah
Dan semburkanlah tenaga dan hidup tubuhku..
Menjadi lumba-lumba
Cipt: M Aan Mansyur
Aku pernah punya mimpi
Kau menulis angka-angka penanda di pundaku, semacam tato permanen
Aku juga menulis angka-angka serupa di perutmu, dan kau tertawa
Ujung pisau yang aku gunakan menulis membuat rahimu geli
Kita telanjang, bergandengan tangan, berjalan dalam
Dan tiba di tebing lalu aku terjun ke sungai tapi engkau tidak
Kelak, pada suatu hari sabtu, saat kau sibuk di kantor
Aku mencium pucuk hidung anak-anakmu didibir kolam renang
Baca Juga : Puisi tentang cinta dan diksi maknanya